PERUBAHAN JADWAL KEBERANGKATAN PT. SUZUKI INDOMOBIL MOTOR

Dengan hormat,

Berikut ini terlampir daftar nama kandidat beserta keterangan perubahan jadwal keberangkatan ke Suzuki, untuk selanjutnya mereka akan mengikuti pengarahan lebih lanjut di Suzuki.
Namun kami harap mereka sudah mempersiapkan diri untuk langsung bekerja pada tanggal tersebut.

No.
Nama
Jadwal Hadir di Suzuki
1
Sutarjo
13 Januari 2015 pkl 07.30
2
Mufaizin
13 Januari 2015 pkl 07.30
3
Aji Restu Maulana
13 Januari 2015 pkl 07.30
4
Andre Riantiarno
13 Januari 2015 pkl 07.30
5
Buchori
16 Januari 2015 pkl 07.30
6
Muhamad Ali
16 Januari 2015 pkl 07.30
7
Budi Santoso
16 Januari 2015 pkl 07.30
8
Dedi Pratomo
16 Januari 2015 pkl 07.30
9
M. Setiadi
16 Januari 2015 pkl 07.30
10
Dedi Irwanto
16 Januari 2015 pkl 07.30

Untuk keterangan pengarahan :
Lokasi                    : Gedung training centre, PT Suzuki Indomobil Motor (perakitan sepeda motor), Jl. P. Diponegoro Km. 38,2
Waktu                   : pkl 07.30 WIB
Pakaian                : Hitam putih, sepatu van toefl, rambut botak 0,5 cm
Persyaratan        : bagi yang akan tanda tangan kontrak harap membawa materai 6000 1 lembar dan foto ukuran 4x6 background merah 2 lembar.


Bagi yang terjadwal tanggal 13 Januari 2015, harap berangkat tanggal 12 Januari 2015 pagi.
Bagi yang terjadwal tanggal 16 Januari 2015, harap berangkat tanggal 15 Januari 2015 pagi.
Bagi yang belum lengkap dokumen harap melengkapi sesuai pada INFO TANDA TANGAN KONTRAK


Jika kurang jelas silakan hubungi : Bpk. Moh. Burhan no. 0815 7623 174 atau Bpk. Huda no. 0857 4298 0670

Atas perhatian dan kerja samanya kami ucapkan terima kasih banyak.

Related Posts:

INFO TANDA TANGAN KONTRAK PT. SUZUKI INDOMOBIL MOTOR

Dengan hormat,

Berikut ini terlampir daftar nama kandidat yang dapat melakukan tanda tangan kontrak pada tanggal 5 Januari 2015 dan kegiatan Suzuki Basic Training selama 3 hari sampai tgl 7 Januari 2015. Untuk pembagian lokasi kerja akan diinformasikan pada saat mereka mengikuti triaining. Tanggal efektif bekerja ialah mulai tgl 19 Januari 2015, sehingga setelah mereka selesai melakukan SBT, mereka bisa mencari kos-kosan atau pulang ke rumah. Yang terpenting mulai tgl 19 Januari 2015, mereka sudah siap bekerja di lokasi kerja masing – masing.

No.
Nama
Dokumen yang kurang
Keterangan
1
Andre Riantiarno
Akte lahir, pada saat proses tanda tangan kontrak harap membawa surat keterangan bahwa sedang mengurus akte lahir. Akte lahir yang asli bisa menyusul saat akte lahir sudah jadi.
Belum tanda tangan kontrak
2
Buchori
dokumen lengkap
Sudah tanda tangan kontrak
3
Muhammad Ali
dokumen lengkap
Sudah tanda tangan kontrak
4
Budi Santoso
dokumen lengkap
Sudah tanda tangan kontrak
5
Dedi Pratomo
dokumen lengkap
Sudah tanda tangan kontrak
6
M. Setiadi
dokumen lengkap
Sudah tanda tangan kontrak
7
Dedi Irwanto
dokumen lengkap
Sudah tanda tangan kontrak
8
Mufaizin
Harap melengkapi kembali dokumen yang belum lengkap : Surat lamaran, daftar riwayat hidup, pas foto backgorund merah 2 lembar, ijazah terakhir dilegalisisr asli, transkrip nilai yang dilegalisir asli, SKHUN legalisir, fotocopy kartu keluarga, SKCK legalisir, kartu kuning legalisir
Belum tanda tangan kontrak
9
Aji Restu Maulana
dokumen lengkap
Belum tanda tangan kontrak
10
Sutarjo
dokumen lengkap
Belum tanda tangan kontrak

Untuk keterangan lengkap tanda tangan kontrak kerja dan kegiatan training :
Lokasi                    : Gedung training centre, PT Suzuki Indomobil Motor (perakitan sepeda motor), Jl. P. Diponegoro Km. 38,2
Waktu                   : pkl 07.30 WIB
Pakaian                : Hitam putih, sepatu van toefl, rambut botak 0,5 cm
Persyaratan        : bagi yang akan tanda tangan kontrak harap membawa materai 6000 1 lembar dan foto ukuran 4x6 background merah 2 lembar.

Atas perhatian dan kerja samanya kami ucapkan terima kasih banyak.

Related Posts:

Ma'mum Masbuk Sholat Jum'at

Pertanyaan.
Dzul Fikri 
 
Para kiyai para ustad.....kula mau nanya.....
Adakah ma'mum masbuk sholat jum'atJika tak ada Aku perlu takbirnya.


Jawaban..
Oleh:Cikong Mesigit

Tertinggal untuk berjamaah bersama imam.
Dalam sholat jum'at jika seorang makmum(masbuk) masih menemui ruku'nya imam pada rokaat kedua(ikut ruku'bersama imam) kemudian melanjutkan 1 rokaat lg setelah imam salam maka sah sholat jum'atnya.
Dah sah juga jum'atnya makmum yg tertinggal(masbuk pada masbuk pertama) yg bermakmum padanya pula.
Tp jika tidak menemui ruku' imam pada rakaat kedua jumat tersebut(ikut ruku' bersama imam) seperti imam telah bangkit dari ruku'nya pada rokaat kedua maka ia harus melanjutkan dg 4 rokaat sebagai sholat dhuhur.
"Dalam sholat berjamaah telah mafhum adanya bahwa mendapatkan 1 rokaat bersama imam maka telah mendapatkan jamaahnya".

Ada Keterangan dari fathul mu'in mengenai hal masbuk jum'at

لو أدرك المسبوق ركوع الثانية واستمر معه إلى أن سلم، أتى بركعة بعد سلامه جهرا وتمت جمعته إن صحت جمعة الامام وكذا من اقتدى به وأدرك ركعة معه -
Jika seorang makmum yg tertinggal(masbuk) menemui ruku' rokaat kedua imam dan tetap bersamanya(meneruskan) sampai imam salam maka makmum masbuk tersebut melanjutkan 1 rokaat setelah salamnya imam secara jahr(bacaannya jelas).maka sempurnalah jum'atnya jika memang imam tersebut sah sholat jum'atnya. Begitu juga dg makmum yg mengikutinya dan mendapakan 1 rokaat bersamanya.

Supaya lebih jelas saya coba contohkan:
Pada hari jum'at Karena saking mulesnya kang #DzulFikri telat datang ke masjid untuk sholat jum'at.sampai dimasjid imam lg ruku' rokaat kedua.langsung saja kang #Dzul takbir lalu ikut ruku' dan setelah imam salam kang #Dzul melanjutkan 1 rokaat lagi untuk menyempurnakan ketinggalannya yg 1 rokaat. Pada saat melanjutkan 1 rokaat lg kang #AlAmin ikut jadi makmum kang #Dzul(karena telat juga). seperti juga ketentuan pada kang #Dzul kang #AlAmin pun begitu(selagi mendapat 1 rokaat bersama imam dan batas minimalnya yaitu ikut ruku' bersama imam). Maka sah jum'atnya dan tidak perlu mengganti dg sholat dhuhur.

والله اعلم


Related Posts:

1179 : HAL-HAL YANG PERLU DIPERHATIKAN OLEH WANITA SAAT MENGALAMI HAIDH

oleh : KUDUNG KHANTIL HARSANDI MUHAMMAD
HAL-HAL YANG PERLU DIPERHATIKAN OLEH WANITA SAAT MENGALAMI HAIDH

1. Sunah untuk tidak memotong kuku, rambut dan lain-lain dari anggota badan saat haidh atau nifas. Karena ada keterangan, kelak di akhirot anggota badan yang belum disucikan akan kembali kepemiliknya masih dalam keadaan jinabat (belum disucikan) akan tetapi bila terlanjur di potong maka yang wajib dibasuh adalah tempat (bekas) anggota yang dipotong bukan potongan dari anggota itu.

نهاية الزين صـــ 31 طه فوترا
ومن كان عليه الحدث الأكبر والحدث الأصغر كفاه نية رفع الحدث الأكبر ويرتفع الأصغر في ضمنه ومن لزمه غسل يسن له أن لا يزيل شيئا من بدنه ولو دما أوشعرا أوظفرا حتى يغتسل لأن كل جزء يعود له في الآخرة فلو أزاله قبل الغسل عاد عليه الحدث الأكبر تبكيتا للشخص.
بجيرمي على الخطيب الجزء الأول صـــ 241 دار الفكر
قال ق ل: ولو بقي من أطراف شعره مثلا شيء ولو واحدة بلا غسل ثم أزالها بقص أو نتف مثلا لم يكف فلا بد من غسل موضعها.

2. Saat darah berhenti, wanita diperbolehkan mulai niat melaksanakan puasa sekalipun belum mandi. Karena haramnya puasa disebabkan haidl, bukan hadats. Berbeda dengan sholat, sebab penghalangnya adalah hadats. Juga berbeda dengan bersetubuh, sebab ada nash hadits yang secara jelas melarang menggauli istri sebelum bersuci.

المهذب الجزء الأول صـــ 38 طه فوترا
قال المصنف رحمه الله تعالى (وإذا طهرت من الحيض حل لها الصوم لأن تحريمه بالحيض وقد زال ولا تحل الصلاة والطواف وقراءة القرآن وحمل المصحف لأن المنع منها للحدث والحدث باق ولا يحل الاستمتاع بها حتى تغتسل لقوله تعالى "وَلاَ تَقْرَبُوهُنَّ حَتَّى يَطْهُرْنَ فَإِذَا تَطَهَّرْنَ" (البقرة 222) قال مجاهد حتى يغتسلن فإن لم تجد الماء فتيممت حل لها ما يحل بالغسل لأن التيمم قائم مقام الغسل فاستبيح به ما يستباح بالغسل فإن تيممت وصلت فريضة لم يحرم وطؤها ومن أصحابنا من قال يحرم وطؤها بفعل الفريضة كما يحرم فعل الفريضة بعدها والأول أصح لأن الوطء ليس بفرض فلم يحرم بفعل الفريضة كصلاة النفل إهـ

3. Bagi wanita yang darah haidlnya berhenti dan belum sempat mandi jika ingin tidur, makan atau minum disunahkan membersihkan farjinya kemudian wudlu. Dan meninggalkan hal ini hukumnya makruh.

هامش إعانة الطالبين الجزء الأول صـــ 79 دار إحياء الكتب العربية
(فرع) يسن لجنب ونفساء بعد انقطاع دمها غسل فرج ووضوء لنوم وأكل وشرب ويكره فعل شيء من ذلك بلا وضوء وينبغي أن لايزيلوا قبل الغسل شعرا أوظفرا وكذا دما لأن ذلك يرد في الأخرة
(قوله ووضوء) أي إن وجد الماء وإلا تيمم وهذا الوضوء كوضوء التجديد والوضوء لنحو القراءة فلا بد فيه من نية معتبرة أفاده في التحفة. (قوله بلا وضوء) أنه يكره ذلك ولو مع غسل فرج وليس كذلك بل يكفي غسل الفرج في حصول أصل السنة كما في التحفة.

4. Biasanya, menjelang atau di saat haidl, wanita mengalami gangguan kesehatan. Diantaranya:
a. Payudara mengencang dan terasa sakit.
b. Pegal-pegal, lemah dan lesu.
c. Perut terasa sakit atau mulas.
d. Mudah emosi.

Hal–hal tersebut tidak perlu ditanggapi secara berlebihan, sebab itu hanyalah dampak dari keluarnya darah secara wajar. Biasanya akan hilang di saat berhentinya darah haidl, bahkan terkadang hal itu berlangsung sebentar.

Related Posts:

1178 : KHUNTSA BUKAN WARIA

oleh : KUDUNG KHANTIL HARSANDI MUHAMMAD

KHUNTSA BUKAN WARIA

Khuntsa yang biasanya termaktub dalam kitab fiqh klassik adalah orang yang mempunyai dua alat kelamin, satu kelamin laki-laki dan satu kelamin perempuan atau hanya mempunyai satu lubang yang tidak menyerupai alat kelamin laki-laki maupun kelamin perempuan. Meskipun secara lahiriyyahnya mirip dengan pria atau mirip dengan wanita.

Sedang Khuntsa sendiri itu ada dua macam :

1. Khuntsa Musykil, yaitu yang sama sekali tidak bisa dihukumi status kelaminnya, karena tidak ada tanda-tanda yang mengarahkan kecenderungan ke laki-laki ataupun perempuan.

2. Khuntsa ghoiru Musykil, yaitu yang masih bisa dihukumi status kelaminnya sebab ada tanda-tanda kecenderungan atau kecondongan pada salah satunya.

Sedangkan mengenai kecenderungan atau kecondongan pada salah satunya, berikut bebarapa tanda-tanda yang disebutkan oleh para ulama untuk menggolongkan ia dihukumi laki-laki, perempuan atau tetap berstatus khuntsa Musykil.

I. Yang dihukumi (digolongkan) perempuan :
1. Khuntsa yang memiliki satu alat berbentuk lubang, namun setelah baligh dia mengeluarkan darah haidh atau mengalami hamilan.
2. Khuntsa yang memiliki satu alat berbentuk lubang, tidak haidh dan juga tidak hamil, namun ada perasaan senang atau suka pada laki-laki.
3. Khuntsa yang memiliki satu alat berbentuk lubang, tidak haidh dan juga tidak hamil dan ada perasaan senang pada keduanya, namun sifat kewanitaannya lebih menonjol dibanding sifat kelaki-lakiannya.
4. Khuntsa yang memiliki dua alat, namun mengalami haidh, keluar mani atau kencing dari vaginanya.
5. Khuntsa yang memiliki dua alat, bisa mengeluarkan kencing atau mani dari keduanya, namun keluarnya dari vagina lebih dahulu, baru kemudian keluar dari penisnya.
6. Khuntsa yang memiliki dua alat, mengeluarkan kencing bersamaan dari dua kelamin tersebut, namun ada perasaan senang pada laki-laki.
7. Khuntsa yang memiliki dua alat, mengeluarkan kencing bersamaan, ada perasaan senang pada laki-laki dan perempuan, namun sifat wanitanya lebih menonjol daripada sifat prianya.

II. Yang dihukumi (digolongkan) pria :
1. Khuntsa yang memiliki satu alat berbentuk lubang, tidak haidh dan juga tidak hamil, namun ada perasaan senang pada wanita.
2. Khuntsa yang memiliki satu alat berbentuk lubang), tidak haidh dan tidak hamil dan ada perasaan senang pada keduanya, namun sifat kelaki-lakiannya lebih menonjol dibanding sifat kewanitaannya.
3. Khuntsa yang memiliki dua alat, namun keluar mani atau kencingnya dari penisnya.
4. Khuntsa yang memiliki dua alat, bisa mengeluarkan kencing atau mani dari keduanya, namun keluarnya dari penis lebih dahulu, baru kemudian keluar dari vaginanya.
5. Khuntsa yang memiliki dua alat, mengeluarkan kencing bersamaan dari dua kelamin tersebut, namun ada perasaan senang pada wanita.
6. Khuntsa yang memiliki dua alat, keluar kencing bersamaan, ada perasaan senang pada laki-laki dan perempuan, namun sifat kelaki-lakiannya lebih menonjol daripada sifat kewanitaannya.

III. Khunsta Musykil.
Seorang Khuntsa dihukumi musykil, apabila tidak ditemukan tanda-tanda di atas atau ada namun berimbang dan betul-betul sulit dinilai kecenderungan pada salah satunya.
Sedangkan menurut pendapat ulama yang lebih kuat, tumbuhnya jenggot, besar kecilnya payu dara dan keluarnya air susu dari payudara tidak bisa dibuat salah satu tanda yang dibuat pijakan untuk menentukan jenis kelaminnya khuntsa.

Dari pembagian khuntsa di atas dapat kita ketehaui bahwa umumnya waria yang ada di masyarakat bukanlah Khuntsa, akan tetapi Mukhonnis (laki-laki yang berlagak seperti perempuan baik dengan ucapan, perilaku maupun cara berpakaiannya). Dan hukum berlagak seperti itu harom, serta mereka tetap digolongkan sebagai laki-laki.

مجموع الجزء الثاني صـــــ 50 المكتبة السلفية
(الفصل الثاني) في أحكام الخنثى المشكل على ترتيب المهذب مختصرة جدا فإذا لم يتبين الخنثى بعلامة ولا إخباره بقي على إشكاله وحيث قالوا خنثى فمرادهم المشكل وقد يطلقونه نادرا على الذي زال إشكاله لقرينة يعلم بها كقوله في التنبيه في باب الخيار في النكاح "وإن وجد أحد الزوجين الآخر خنثى ففي ثبوت الخيار قولان وهذه نبذة من أحكامه". إذا توضأ الخنثى المشكل أو اغتسل أو تيمم لعجزه عن الماء بسبب إيلاج وملامسة فإن كان في موضع حكمنا بانتقاض طهارته صار الماء والتراب مستعملا. وكل موضع لم يحكم بانتقاضها للاحتمال ففي مصيره مستعملا الوجهان في المستعمل في نقل الطهارة ذكره القاضي أبو الفتوح. وفي ختانه وجهان سبقا في باب السواك الأصح لا يختن وحكم لحيته الكثيفة كلحية المرأة في الوضوء لا في استحباب حلقها وقد سبق بيانه في الوضوء ولو خرج شيء من فرجيه انتقض وضوءه فإن خرج من أحدهما ففيه ثلاث طرق سبقت في أول هذا الباب ولو لمس رجلا أو امرأة أو لمسه أحدهما لم يوجب الوضوء على أحد منهم وإن مس ذكر نفسه أو فرجه أو فرج خنثى آخر أو ذكره لم ينتقض وكذا لو مس فرجه رجل أو ذكره امرأة وقد سبق بيانه.

الحاوى الكبير ـ الماوردى – جــــ 11 صــــ 926 - 931
قال الماوردي : قد تكرر في كتابنا هذا ذكر الخنثى ، وذكرنا في كل موضع منه من أحكامه طرفا . والأصل فيه أن الله تعالى خلق الحيوان ذكورا وإناثا جمع بينهما في الشبه ليأنس الذكر بالإناث ، وفرق بينهما في آلة التناسل فجعل للرجل ذكرا وللمرأة فرجا ليجتمعا على الغشيان بما ركبه في طباعهما من شهوة الاجتماع فيمتزج البنيان في قرار الرحم ، وهو محل العلوق ليحفظ بالتناسل بقاء الخلق فمن أفرده بالذكر كان رجلا ، ومن أفرده بالفرج كان امرأة ، ومن جمع هذين العضوين : الذكر والفرج فهو الخنثى تعريفه ، سمي بذلك لاشتراك الشبهين فيه ، مأخوذ من قولهم : تخنث الطعام والشراب إذا اشتبه أمره فلم يخلص طعمه المقصود وشاركه طعم غيره ، ورجل مخنث لأنه شبه بالإناث في أقواله وأفعاله ، فإذا كان كذلك فقد جعل لكل واحد من عضوي الذكر والفرج منفعتين عامة وخاصة فالمنفعة العامة هي البول والمنفعة الخاصة هي غشيان التناسل ، فإذا اجتمع العضوان في الشخص الواحد فكان له ذكر وفرج لم يجز أن يكون ذكرا وأنثى ، ولم يجز أن يكون لا ذكرا ولا أنثى ، ولم يجز أن يكون بعضه ذكرا وبعضه أنثى ؛ لما في ذلك من خرق العادة التي ركبها في خلقه ، وحفظ بها تناسل العالم ووجب أن يكون إما ذكرا وإما أنثى ، وقد اشتبه الأمر في الجمع بين الذكر الدال على كونه رجلا ، والفرج الدال على كونه امرأة ، فوجب أن يستدل عليه بالغالب الظاهر من منافعهما العلامات التي يستدل بها على الخنثى ، وهو البول فإن بال من الذكر كان رجلا وكان الفرج عضوا زائدا ، وأجري عليه حكم الرجال في جميع أحواله ، وإن بال من الفرج كان امرأة وكان الذكر عضوا زائدا ، وأجري عليها حكم النساء في جميع أحوالها ؛ لأن وجود منفعة العضو فيه دليل على أنه مخلوق له ، ولذلك : لما سئل رسول الله صلى الله عليه وسلم في غلام ميت حمل إليه من الأنصار له ذكر وفرج فقال : ورثوه من حيث يبول وهذا الخنثى غير مشكل ، وإن كان يبول منهما فيخرج بوله من ذكره ومن فرجه ، وجب أن يراعى أسبقهما بولا لقوته فيحكم به فإن استويا في السبق وجب أن يراعى آخرهما انقطاعا لغلبته فيحكم به فإن استويا في السبق والخروج فهو مشكل تعريفه . وقال أبو حنيفة : يعتبر أكثرهما بولا فيحكم به ، وحكاه أبو القاسم الداركي على المذهب ، وأنكره سائر أصحابنا وجعلوه مشكلا فلو سبق بوله من أحدهما ، وتأخر انقطاعه من الآخر بقدر السبق ففيه وجهان : أحدهما : يحكم بالسبق . والثاني : قد استويا ، ويكون مشكلا ، فلو سبق بوله من أحدهما ، وكان قليلا وتأخر من الآخر ، وكان كثيرا ففيه ثلاثة أوجه : أحدهما : يحكم بالسابق منهما . والثاني : يحكم بأكثرهما . والثالث : يكون مشكلا ، فلو كان يبول من أحدهما تارة ، ومن الآخر تارة ، أو كان يسبق أحدهما تارة ويتأخر تارة ، اعتبر أكثر الحالتين منهما ، فإن استويا فهو مشكل . وقال بعض أصحابنا : اعتبر صفة البول فإن زرق فهو ذكر وإن رشش فهو أنثى . وأنكر سائر أصحابنا هذا الاعتبار وجعلوه مشكلا ، فإذا عدم البيان من طريق المبال الذي هو الأعم من منفعتي العضوين وجب الرجوع إلى اعتبار المنفعة الخاصة ، وهي المني ، وذلك يكون عند البلوغ فإن أمنى من ذكره فهو رجل ، وإن أمنى من فرجه فهي امرأة ، وإن أمنى منهما فلا بيان فيه . واختلف أصحابنا هل يعتبر بالحيض أم لا ؟ أى الخنثى في الحكم عليه بالذكورة وعدمها ؟ على وجهين : أحدهما : يعتبر بالحيض ؛ فإن حاض فهو أنثى ، وإن لم يحض فهو ذكر . والوجه الثاني : لا اعتبار بالحيض ، وإن اعتبر المني ؛ لأنهما يشتركان في المني ، ويختلفان في مخرجه فجاز أن يكون معتبرا كما يشتركان في البول ، ويختلفان في مخرجه ولا يشتركان في الحيض ، وقد يجوز أن يكون الدم ليس بحيض ، فإذا فات البيان من الذكر والفرج باعتبار البول والمني فلا اعتبار بعدهما بشيء من أعضاء الجسد وصفاته فلا تكون في اللحية دليل ؛ لأنها قد تكون لبعض النساء ، ولا تكون في الثدي واللبن ؛ لأنه قد يكون لبعض الرجال . وروي عن علي بن أبي طالب - عليه السلام - أنه اعتبر بعدد الأضلاع العلامات التي يستدل بها على الذكورة أو الأنوثة ؛ فإن أضلاع المرأة متساوية من الجانبين ، وأضلاع الرجل تنقص من الجانب الأيسر ، ضلعا لأجل ما حكي أن الله تعالى خلق حواء من ضلع آدم الأيسر ، وبهذا قال حسن البصري وحكاه ابن أبي هريرة عن بعض أصحابنا ، ومذهب الشافعي وجمهور أصحابنا أنه لا اعتبار بعدد الأضلاع لأمرين : أحدهما : أنه لو كان معتبرا لقدم على اعتبار المبال ؛ لأنه أصل ثابت في الخلقة . والثاني : ما حكي عن أصحاب التشريح وما توجد شواهده في البهائم بعد الذبح أن أضلاع الذكر والأنثى متساوية في اليمنى واليسرى ، وأنها أربعة وعشرون ضلعا من الجانبين وفي كل جانب منها اثنا عشر ضلعا خمسة منها تتلاقى ، وسبعة منها أضلاع الخلف وهي التي لا تتلاقى ، فإذا لم يزل إشكاله بالأمارات الظاهرة لتكافؤ دلائلها وجب أن يرجع إلى الأمارات الباطنة المركوزة في طبعه ، فإن الذكر مطبوع على ما ركبه الله تعالى فيه من شهوة الأنثى والأنثى مطبوعة على ما ركبه الله تعالى فيها من شهوة الرجال ، ليحفظ بالشهوة الغريزية بقاء التناسل . ومثاله ما يقوله في لحوق الأنساب عند الاشتراك والاشتباه ، وإنما يرجع بالقافة إلى الأمارات الظاهرة في الجسد فإذا عدم البيان منها رجعنا إلى الأمارات الباطنة في الميل بالطبع المركوز في الخلقة إلى المتمازجين في الانتساب في تمييز الخنثى به فيؤخذ بالانتساب إلى من مال طبعه إليه ؛ كذلك الخنثى ، وهذه الشهوة تستكمل بالبلوغ فلا اعتبار بها قبل البلوغ والذي يكون به الخنثى المشكل بالغا قد ذكرناه في باب الصلاة فإذا بلغ اعتبرت حينئذ شهوته في الميل إلى أحد الجنسين من الخنثى هل يحكم يعتبر أم لا ؟ فإن مالت شهوته إلى النساء حكم بأنه رجل وإن مال إلى شهوة الرجال حكم بأنه امرأة ، ولم يقبل رجوعه كما أجري عليه من حكم أحد الجنسين إلا أن تظهر من دلائل أصل الخلقة ما تقتضيه ، وذلك بأن يرجع إلى شهوته عند عدم البيان في المبال لتساويهما ، ويحكم بميله إلى الرجال أنه امرأة ثم ينقطع بوله من الفرج ويستدر من الذكر ، فيحكم بأنه رجل بعد أن جرى حكم النساء عليه ؛ لأن الأمارات الظاهرة أقوى بيانا من الأمارات الباطنة ، فإن كان قد تزوج رجلا فسخ نكاحه وزوج امرأة إن شاء .

إسعاد الرفيق الجزء الثاني صـــــ 120 "الهداية" سورابيا
(و) منها (تشبه الرجال بالنساء) فيما يختص بهن في العرف غالبا من لباس وكلام وحركة ونحوها (و) كذا (عكسه) وهو تشبه النساء بالرجال قال في الزواجر: وهو من الكبائر كما هو ظاهر الأحاديث كحديث "لعن رسول الله المتشبهين من الرجال بالنساء والمتشبهات من النساء بالرجال"وحديث: "لعن رسول الله المخنثين من الرجال والمترجلات من النساء"، والمخنث من فيه تخنث أي تكسر وتثن كما يفعل النساء والمترجلة المتشبهة بالرجال.

تعليق فتح القريب المجيب في الحديث صـــــ 98 الحرمين
(المخنثين) جمع "مـخنث" وهو الرجل الذي يتشبه بالنساء في حركاته وسكناته وكلامه، وغير ذلك. فإن كان من أصل الخلقة فعليه أن يتكلف بإزالة ذلك، وإن كان بقصد منه كان أقبح وأشنع، والواجب أن يقلع ويستغفر. اهـ.

Related Posts:

1177 : OBAT MUJARAB MUDAH DAN MURAH, INSYA ALLOH

oleh : KUDUNG KHANTIL HARSANDI MUHAMMAD
OBAT MUJARAB MUDAH DAN MURAH, INSYA ALLOH

Diriwayatkan bahwasanya Kanjeng Nabi Muhammad SAW, bersabda ; Jibril mengajariku akan sebuah obat yang bersamanya saya tidak lagi butuh pada obat lain dan dokter ".
Kemudian Abu Bakr, Umar, Utsman dan Ali, bertanya ; Apa itu, wahai Rasululloh ? Sesungguhnya kami membutuhkan obat tersebut.
Lali Nabi Muhammad SAW, bersabda ; Ambillah air hujan secukupnya, dan bacakanlah atasnya Fatichatul Kitab (surat Al-Fatihah), surat Al-Ikhlash, surat Al-Falaq, surat An-Naas, dan ayat Al-Kursiy. Masing-masing dibaca sebanyak 70 (tujuh puluh) kali. Diminum pagi dan sore selama 7 (tujuh) hari . Demi Dzat yang telah mengutusku dengan hak sebagai seorang nabi, sungguh, Jibril telah berkata kepadaku, " Sesungguhnya, barangsiapa meminum air tersebut, maka Alloh Ta'ala akan menghilangkan segala penyakit dari tubuhnya. Dan Alloh ta'ala akan menyembuhkannya dari semua macam sakit. Dan barangsiapa pula meminumkan air tersebut pada istrinya, lalu tidur bersama dengan sang istri (bersenggama), maka istri akan bisa hamil dengan izin Alloh Ta'ala.

Dan air tersebut juga bisa menyembuhkan kedua belah mata yang sakit, menghilangkan guna-guna, santet dan sihir, menyembuhkan sakit dada, sakit gigi, dll

Ayo ndang golek banyu udan, menungso iku wajib ikhtiyar, opo hasile iku opo jare Pengeran.

AN-NAWADIR, halaman.194
Cet. Al-Haromain

فائدة ; روي أنه صلى الله عليه وسلم قال " علمني جبريل دواء لا أحتاج معه إلى دواء ولا طبيب ، فقال أبو بكر وعمر وعثمان وعلي رضي الله عنهم ; وما هو يا رسول الله ؟ إن بنا حاجة إلى هذا الدواء . فقال ; يؤخذ شيئ من ماء المطر وتتلى عليه فاتحة الكتاب ، وسورة الإخلاص ، والفلق ، والناس ، وآية الكرسي ، كل واحدة سبعين مرة ويشرب غدوة وعشية سبعة أيام . فو الذي بعثني بالحق نبيا ، لقد قال لي جبريل ; إنه من شرب من هذا الماء رفع الله عن جسده كل داء وعافاه من جميع الأمراض والأوجاع ، ومن سقي منه امرأته ونام معها حملت بإذن الله تعالى ".
ويشفي العينين ، ويزيل السحر ، يقطع البلغم ، ويزيل وجع الصدر والأسنان والتخم العطش وحصر البول ، ولا يحتاج إلى حجامة ولا يحصى ما فيه من المنافع إلا الله تعالى ، وله ترجمة كبيرة اختصرناها ، والله أعلم


Related Posts:

1176 : Dalil dan Keutamaan Nishfu Sya'ban

1176 : Dalil dan Keutamaan Nishfu Sya'ban


oleh : KUDUNG KHANTIL HARSANDI MUHAMMAD

Dalil dan Keutamaan Nishfu Sya'ban

2 Juni 2014 pukul 9:54
DALIL-DALIL TENTANG KEUTAMAAN MALAM NISHFU SYA'BAN

رَوَى الدَّارُقُطْنِي وَابْنُ شَـاهِيْن وَابْنُ مَـاجـَهْ عَنْ عَليٍّ كَرَمَ اللهُ وَجْهَهُ قَالَ : قَالَ رَسُوْلُ اللهِ صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وآلِهِ وَسَلَّمَ : (إِذَا كَانَتْ لَيْلَةُ النِّصْفِ مِنْ شَعْبَانَ ، فَقُوْمُوا ليْلَهَا وَصُوْمُوا نَهَارَها ، فإنَّ اللهَ تعالى يَنْزِلُ فِيهَا لغُرُوْبِ الشَّمْسِ إِلى سَمَاءِ الدُّنْيَا ، فَيَقُوْلُ : ألاَ مِنْ مُسْتَغْفِرٍ فأَغْفِرَ لَهُ ! ألا مُسْتَرْزِقٌ فَأَرْزُقَهُ ! ، ألاَ مُبْتَلًى فأُعَافِيَهُ ! أَلاَ كَذَا ! أَلاَ كَذَا ! حتَّى يَطْلُعَ الفَجْرُ)
Diriwayatkan Daruquthni, Ibnu Syahin dan Ibnu Majjah dari Ali ra. Nabi saw bersabda;" Tatkala tiba malam Nishfu Sya'ban hendaklah kalian beribadah di malamnya dan berpuasa di siang harinya, karena saat Matahari tenggelam Allah swt turun ke langit dunia dan berfirman:"Tak adakah seseorang yang memohon ampun? Sehingga Ku ampuni dirinya. Tiadakah seseorang yang meminta rizki? sehingga Ku beri rizki padanya. Tak adakah seseorang yang sedang diuji Lantas akan Ku selamatkan dia, tiadakah orang demikian? Tiadakah seorang? Tiadakah seorang?" dan seterusnya hingga fajar menyingsing".

رواه عبد الرزاق في المصنف (7923) ، وابن ماجه في سننه (444/1) واللفظ له ، والبيهقي في شعب الإيمان (379/3) ، وفي فضائل الأوقات (24) وغيرهم . قال الحافظ العراقي في تخريج أحاديث الإحياء (203/1) : (إسناده ضعيف) . وأورد الحافظ ابن رجب الحنبلي نحوه في لطائف المعارف (ص 143) من رواية نوف البكالي (ابن فضالة) عن عليّ .وفي بعض روايات الحديث : ( ألا من مسترزق فأرزقه ، ألا من مبتلىً فأعافيه) . مصباح الزجاجة (10/2)
..............................................................................................

وَرَوَى الطَّبْرَانِي ، عَنْ مُعَاذِ بْنِ جَبَلٍ رضي الله تعالى عنه قالَ : قالَ رَسوْلُ اللهِ صلى الله عليه وآله وسلم : (يَطَّلِعُ اللهُ عَلَى عِبادِهِ لَيْلةَ النِّصْفِ مِنْ شَعْبَانَ ، فيَغْفِرُ لِجَمِيْعِ خَلْقِهِ ، إِلاَّ لمُشْركٍ أو مُشَاحِنٍ) . وَفِي رِوَايَةٍ (وَقَاتِلِ نَفْسٍ)
Dari Mu'adz bin Jabal ra. Nabi saw bersabda;"Allah melihat hamba-hambanya pada malam Nishfu Sya'ban lalu mengampuni semua makhluk-Nya kecuali orang musyrik dan yang bermusuhan". Riwayat lain " dan yang membunuh orang lain".
رواه الطبراني في المعجم الكبير (108/20) ، وفي الأوسط (36/7) ، قال الهيثمي في المجمع (65/8) : ( ورجالهما ثقات ) ، ورواه ابن حبان في صحيحه (481/12 بترتيب ابن بلبان) ، وابن أبي عاصم في السنة (512) ، والدارقطني في النزول (77) ، والبيهقي في شعب الإيمان (382/3) ، وغيرهم .وهذا الحديث صحيح ثابت ، روي عن عدد من الصحابة ، وهو بمفرده حجة في فضل ليلة النصف من شعبان .
رواية (وقاتل نفس) عند أحمد في مسنده (176/2) من حديث عبد الله بن عمرو . وفي بعض الروايات (إلا العاق) ، (أو مشرك بالله) ، (إلا كافراً ) ، (إلا زانية بفرجها أو مشرك) . انظر هذه الروايات وغيرها في (شعب الإيمان) للبيهقي (378/3 - 387) وغيره .
............................................................

وَرَوَى التُّرْمُذِي في (النَّوَادِرِ) ، وَالطَّبْرَانِي ، وَابْنُ شَاهِينْ (بِسَنَدٍ حَسَنٍ) مِنْ حَدِيْثِ عَائِشَةَ رضي الله عنها قَالتْ : قَالَ رسولُ اللهِ صلى الله عليه وآله وسلم : (هذه لَيْلَةُ النِّصْفِ مِنْ شَعْبانَ : إنَّ اللهَ عزَّ وجَلَّ يطَّلِعُ على عِبادِهِ في لَيْلَةِ النِّصْفِ مِنْ شَعْبانَ فيَغْفِرُ للمُسْتَغْفِرينَ ، ويَرْحَمُ لِلْمُسْتَرْحِمِينَ ، ويؤخِّرُ أهْلَ الحقْدِ كمَا هُمْ)
Dari 'Aisyah ra. Nabi saw bersabda;" Ini adalah malam Nishfu Sya'ban, sesungguhnya Allah memperhatikan hamba-hambanya di malam Nishfu Sya'ban, sehingga Allah mengampuni orang-orang yang meminta ampunan, mengasihi orang-orang yang meminta belas kasih dan Allah menangguhkan para pendendam sebagaimana layaknya".

رواه البيهقي في شعب الإيمان (383/3) وقال : (هذا مرسل جيد ، ويحتمل أن يكون العلاء أخذه من مكحول) وأخرج ابن أبي عاصم في السُنَّة (511) ، والطبراني في الكبير (224/22) ، والدارقطني في الرؤية (ورقة 59) ، وابن قانع في معجم الصحابة (160/1) ، والبيهقي في الشعب (381/1 - 382) وغيرهم عن أبي ثعلبة الخشني رضي الله عنه ، عن النبي صلى الله عليه وآله وسلم قال : (إذا كان ليلة النصف من شعبان اطّلع الله إلى خلقه فيغفر للمؤمنين ، ويملي للكافرين ، ويدع أهل الحقد بحقدهم حتَّى يَدَعُوه).

MENGUPAS AKAN MAKNA DIBALIK HADITS-HADITS TENTANG MALAM NISHFU SYA'BAN

أَخْرَجَ الْبَيْهَقِي في كِتابِ (الدَّعَوَاتِ الْكَبِيْرِ) عَنْ عَائِشَةَ رضي الله عنها أنَّ النَّبيَ صلى الله عليه وآله وسلم قامَ يُصَلِّي لَيلَةَ النِّصْفِ مِنْ شَعْبانَ ، وقالَ : (في هذهِ اللَّيْلةِ يُكْتَبُ كُلُّ مَولودٍ وهَالكٍ مِنْ بَنِي آدَمَ ، وفيْها تُرْفَعُ أَعْمالُهُمْ ، وَتُنْزَلُ أَرْزَاقُهُمْ). رواه البيهقي في فضائل الأوقات (26 ، 27)
Dari "Aisyah ra. bahwa Nabi saw sholat pada malam Nishfu Sya'ban dan bersabda;"Pada malam ini dicatat seluruh anak yang dilahirkan dan orang yang celaka dari keturunan Adam, malam ini amal ibadah mereka dilaporkan ke langit dan diturunkan rizki mereka".

Arti dari "dicatat" disini adalah turunnya hal-hal yang ada di Lauh al Mahfuzh kepada para Malaikat yang ditugasi untuk melaksanakannya. Karena yang ada di dalam Lauh al Mahfuzh semula tertutupi lalu tersingkap, maka seolah-olah hal itu tercatat pada malam ini. Dalam arti yang demikian inilah pengarahan lafadz, tulisan dan nask yang ada dalam banyak hadits tentang malam Nishfu Sya'ban. Sehingga malam Nishfu Sya'ban seolah menjadi pembuka atau persiapan untuk Lailatul Qadr, untuk mengkompromikan antara malam Nishfu Sya'ban dan Lailatul Qadr.

رَوَى ابْنُ أَبِي الدُّنْيَا عَنْ عَطَاءٍ قالَ : (إذَا كانَ لَيْلَةُ النِّصْفِ مِنْ شَعْبانَ دُفِعَ إلى مَلَكِ الْمَوْتِ صَحِيْفَةٌ ، فَيُقالُ : اقْبِض مَنْ في هَذِهِ الصَّحِيْفَةِ ، فإنَّ الْعَبْدَ ليَغْرِسُ الغِرَاسَ ، ويَنْكِحُ الأزواجَ ، وَيَبْنِي البُنْيَان ، وإنَّ اسْمَهُ قد نُسِخَ في دِيْوانِ الْمَوْتَى). وأورده عبد الرزاق في المصنف (316/4) عن عطاء بن يسار بلفظ : (تنسخ في النصف من شعبان الآجال حتّى أن الرجل يخرج مسافراً وقد نسخ من الأحياء إلى الأموات ، ويتزوج وقد نسخ من الأحياء إلى الأموات) .

Dari 'Atho' ra.;"Tatkala tiba malam Nishfu Sya'ban diberikan buku catatan kepada Malaikat Maut, lalu dikatakan;"Cabutlah nyawa orang yang ada dicatatan ini karena seorang hamba telah bercocok tanam, menikah dan mendirikan bangunan, sedangkan namanya tidak tercantum dalam daftar orang-orang yang mati".

Arti yang dipetik dari hadits ini : Bahwasanya buku catatan tersebut telah dihapus dari Lauh al Mahfuzh untuk dilaksanakan malaikat yang bertugas. Hal yang sama juga pada haditsnya Ad Daynuri dalam kitab Al Mujalasah dari Rosyid bin Sa'd.

يقصدُ شيخنا رحمه الله ما أخرجه الدينوري في المجالسة (303/3) عن راشد بن سعد ، أنَّ النبي صلى الله عليه وآله وسلم قال : (إنَّ اللهَ تبارك وتعالى يَطَّلِعُ إلى عباده ليلة النصف من شعبان ، فيغفر لخلقه كلِّهم ؛ إلا المشركَ والمُشَاحِنَ ، وفيها يوحي اللهُ تبارك وتعالى إلى مَلَكِ الموت لقبض كلِّ نَفْسٍ يريدُ قبضَها في تلك السنة ) ، وهو من مرسل راشد بن سعد ، وهو ثقة .

Hadits yang serupa juga diriwayatkan oleh Ibnu Murdawaih dan Ibnu Asakir dari 'Aisyah ra.

وَقَدْ أَخْرَجَ الْخَطِيْبُ في (التَّارِيْخِ) مِنْ طَرِيْقِ عَامِرٍ بْنِ سَيَّافٍ الْيَمَامِي ، عَنْ عَائِشَةَ رضي اللهُ عنْها ، مِنْ حَدِيْثٍ طَوِيلٍ ، قالَ صلى الله عليه وآله وسلم فيه : (يَا عائِشَةُ ! إنَّه ليْسَ نَفْسٌ تَمُوْتُ في سَنَةٍ إِلاَّ كُتِبَ أَجَلُهَا في شَعْبانَ ، وأُحِبُّ أن يُكْتَبَ أَجَلِي وَأَنَا فيِ عِبادَةِ رَبِّي وَعَمَلٍ صَالِحٍ) رواه الخطيب في تاريخ بغداد (437/4) . . وَقَدْ رَواهُ أَبُو يَعْلىَ (مسند أبي يعلى (312/8)) بِنَحْوِ ذَلِكَ .
Dari 'Aisyah ra. (dalam hadits yang panjang) Nabi saw bersabda;" Hai 'Aisyah! Tiada satupun seseorang yang mati dalam setahun malainkan ajalnya telah dicabut di bulan Sya'ban, dan Aku senang ajalKu ditulis sedang diriKu tengah beribadah dan berbuat kebajikan". HR. AL KHOTIB dalam kitab Al Tarikh melalui jalur riwayat 'Amir bin Sayyaf al Yamamiy, hadits serupa juga diriwayatkan Abu Ya'la.

أخرج ابن مردويه وابن عساكر عن عائشة رضي الله عنها قالت : ( لم يكن رسول الله صلى الله عليه وآله وسلم في شهر أكثر صياماً منه في شعبان لأنّه ينسخ فيه أرواح الأحياء في الأموات حتَّى أن الرجل يتزوج وقد رفع اسمه فيمن يموت ، وأن الرجل ليحج وقد رفع اسمه فيمن يموت ) ، وهو في حكم المرفوع .
..............................................

وَأَخْرَجَ ابْنُ أَبِي شَيْبَةَ عَنْ عَطَاءٍ بْنِ يَسَّارٍ ، قالَ : (لَمْ يَكُنْ رَسُوْلُ اللهِ صَلىَّ اللهُ عَلَيْهِ وَآلِهِ وَسَلَّمَ في شَهْرٍ أَكْثَرَ مِنْهُ صِياماً في شَعْبَانَ ، وَذَلِكَ أَنّهُ يُنْسَخُ فِيْهِ آجَالُ مَنْ يُنْسَخُ في السَّنَةِ). أورده في الدر المنثور (401/7) ، وعزاه لابن أبي شيبة .
Dari 'Atho' bin Yassar, ia berkata;" Nabi tidak pernah berpuasa dalam sebulan lebih dari puasa pada bulan Sya'ban, karena dalam bulan itu ditulis ajalnya orang-orang yang tercatat dalam setahun". HR. Ibnu Abi Syaibah
......................................

وَأَخْرَجَ الْخَطِيْبُ في (رُوَّاةِ مَالِكٍ) عَنْ عَائِشَةَ رضي الله عنها قالَتْ : سَمِعْتُ النبيَّ صَلَّى اللهُ عليه وآله وسلّم يَقُوْلُ : (يَفْتَحُ اللهُ الْخَيْرَ في أَرْبَعِ لَيَالٍ : لَيْلَةِ الْأَضْحَى ، وَالْفِطْرِ ، وَلَيْلَةِ نِصْفِ شَعْبانَ يُنْسَخُ فِيْهَا الْآجَالُ وَالْأَرْزَاقُ ، وَيُكْتَبُ الْحَاجُّ ، وَفي لَيْلَةِ عَرَفَةَ إِلىَ الْأَذَانِ)
Dari 'Aisyah ra."Aku mendengar Nabi saw bersabda;"Allah membuka kebaikan pada empat malam: malam Idul Adha, malam Idul Fitri, malam Nishfi Sya'ban. Pada malam itu ditulis ajal umat manusia, rizki dan orang-orang yang akan berangkat haj. Dan malam hari 'Arafah hingga adzan berkumandang". HR. al Khatib dalam kitab Ruwwat Malik.

كذا عزاه السيوطي في الدر المنثور (402/7) ، وأورده صاحب لسان الميزان (249/1) بلفظ : ( ينسخ الله في أربع ليال الآجال والأرزاق : في ليلة النصف من شعبان ، والأضحى ، والفطر ، وليلة عرفة ) وعزاه للخطيب في الرواة ، والدارقطني في غرائب مالك . وروى عبد الرزاق في المصنف (7927) ، والبيهقي في شعب الإيمان (3713) ، وفي فضائل الأوقات (149) عن ابن عمر رضي الله عنهما موقوفاً قال : ( خمس ليال لا يردُّ فيهنّ الدعاء : ليلة الجمعة ، وأول ليلة من رجب ، وليلة النصف من شعبان ، وليلتا العيد ) . وله حكم الرفع ، فمثل ذلك لا يقوله ابن عمر برأيه ، ونحوه عند الديلمي في الفردوس (196/2) عن أبي أمامة مرفوعاً . وقال الشافعي في الأم (231/1) : ( وبلغنا أنّه كان يقال : إنَّ الدعاء يستجاب في خمس ليال : في ليلة الجمعة ، وليلة الأضحى ، وليلة الفطر ، وأول ليلة من رجب ، وليلة النصف من شعبان ) .
.........................................

وَأَخْرَجَ الدَّيْلَمِي وَابْنُ زَنْجَوَيْهِ عَنْ أَبِي هُرَيْرَةَ رضي اللهُ عنْهُ ، عَنِ النَّبِيِّ صَلىَّ اللهُ عليه وآله وسلم قال : (تَقْطَعُ الْآجَالُ مِنْ شَعْبانَ إِلىَ شَعْبانَ حَتّى أنَّ الرَّجُلَ لَيَنْكِحُ وَيُوْلَدُ لَهُ ، وَقَدَ خَرَجَ اسمُهُ في الْمَوْتَى) رواه الديلمي في الفردوس (2410) ، وابن جرير الطبري في تفسيره (109/25) ، والبيهقي في الشعب (386/3) ، والخلال في المجالس العشرة (5) ، وعزاه السيوطي في الدر المنثور (401/7) إلى الديلمي وابن زنجويه . . وروى نحوه ابن جرير والبيهقي في الشعب .
Dari Abu Hurairah ra. Nabi saw bersabda;"Ajal umat manusia ditentukan dari Sya'ban ke Sya'ban berikutnya. Hingga seseorang menikah dan dikarunia anak padahal namanya telah tercantum sebagai orang yang mati". HR. Addailami dan Ibnu Zanjawaih. Hadits yang serupa juga diriwayatkan pula oleh Ibnu Jarir dan Baihaqi dalam kitab Asy Syu'b.

KEUTAMAAN BERDO'A DI DALAM BULAN SYA'BAN

رَوَى الْبَيْهَقِي ، في حَدِيْثٍ طَوِيْلٍ ، عَنْ عائِشَةَ رضي اللهُ عنْها قالَتْ : قَالَ رَسُوْلُ اللهِ صَلىَّ اللهُ عليه وآله وسلّم : (أَتَانيِ جِبْرِيْلُ عَليهِ السَّلاَمُ فَقَالَ : هَذِهِ اللَّيْلَةُ لَيْلَةُ النِّصْفِ مِنْ شَعْبانَ ، وَلِلهِ فِيْهَا عُتَقَاءُ مِنَ النّارِ بِعَدَدِ شُعُوْرِ غَنَمِ بَنِي كَلْبٍ ، لاَ يَنْظُرُ اللهَ فِيْهَا إِلىَ مُشْرِكٍ ، وَلاَ إِلىَ مُشَـاحـِنٍ ، وَلاَ إِلىَ قَـاطِـعِ رَحْمٍ ، وَلاَ إِلىَ مُسْبِلٍ ، وَلاَ إِلىَ عَاقٍّ لِوَالِدَيْهِ ، وَلاَ إِلىَ مُدَمِّنِ خَمْرٍ ...) . قالَتْ : فَسَجَدَ لَيْلاً طَوِيْلاً ، ... ، وَسَمِعْتُهُ يَقُوْلُ في سُجُوْدِهِ : (أَعُوْذُ بِعَفْوِكَ مِنْ عِقَابِكَ ، وَأَعُوْذُ بِرِضـَاكَ مِنْ سُخْـطِكَ ، وَأَعُـوْذُ بِـكَ مِنْكَ ، جَلَّ وَجْهُكَ ، لاَ أُحْصِي ثَنَاءً عَلَيْكَ ، أَنْتَ كَمَا أَثْنَيْتَ عَلىَ نَفْسِكَ) . قالَتْ : فَلَمَّا أَصْبَحَ ذَكَرْتُهُنَّ لَهُ ، فَقالَ : (يَا عائِشَةُ تَعَلَّمْتِهِنَّ ؟) فَقُلْتُ : نَعَمْ ، فَقَالَ : (تَعَلَّمِـيهِنَّ وَعَلِّمِيهِنَّ ، فإنَّ جـِبْرِيْـلَ عَلَـيْهِ السَّـــلاَمُ : عَلَّمَنِيـهُنَّ ، وَأَمَرَنِي أَنْ أُرَدِّدُهُـنَّ في السُّجُوْدِ ). راجع تفصيل ذلك في رسالة (وظيفة الحديث الضعيف) لشيخنا الإمام الرائد رحمه الله تعالى ، وهي مطبوعة . وانظر أيضاً رسالة ( المنهل اللطيف في أحكام الحديث الضعيف ) للسيد علوي ابن عبَّاس المالكي رحمه الله .
Dari 'Aisyah ra. Nabi saw bersabda;"Jibril as. menghampiriku dan berkata:" Malam ini adalah malam Nishfi Sya'ban, demi Allah malam ini Allah membebaskan orang dari Neraka sebanyak bulu kambing-kambing suku Bani Kalb. Malam ini Allah tak sudi melihat orang musyrik, orang yang berseteru, pemutus silaturrahmi, yang panjang kumisnya, orang yang durhaka terhadap kedua orang tuanya, dan orang yang senantiasa minum arak", lalu Nabi sujud dan membaca" Aku berlindung dengan ampunanMu dari siksaMu. Aku berlindung dari murkaMu dengan ridloMu. Aku berlindung dariMu dengan DzatMu. Maha Agung DzatMu. Aku tak bisa memujaMu seperti Engkau memuja DiriMu", 'Aisyah melanjutkan:" Keesokan harinya aku membacakan lagi do'a itu kepada Beliau", Nabi sersabda;"Hai 'Aisyah, apa kau mempelajarinya?", aku menjawab;"Ya", Nabi bersabda;" Pelajarilah dan ajarkanlah, karena Jibril mengajarkannya padaKu dan menyuruhKu membacanya ketika sujud".

عَنْ عائِشَةَ رضي اللهُ عَنْهَا ، قالَتْ : كَانَتْ لَيْلَةُ النِّصْفِ مِنْ شَعْبانَ لَيْلَتِي ، وَكَانَ رَسُوْلُ اللهِ صَلىَّ اللهُ عَلَيْهِ وآله وَسَلَّمَ عِنْدِي ، فَلَمَّا كَانَ في جَوْفِ اللَّيْلِ فَقَدْتُهُ ، ... ، فَطَلَبْتُهُ في حِجْرِ نِسَائِهِ ، فَانْصَرَفْتُ إِلَى حِجْرَتِي ، فَإِذَا أَنَا بِهِ كَالثَّوْبِ السَّاقِطِ ، وَهُوَ يَقُوْلُ في سُجُوْدِهِ : (سَجَدَ لَكَ خَيَالِي وَسَوَادِي ، وَآمَنَ بِكَ فُؤَادِي ، فَهَذِهِ يَدِي وَمَا جَنَيْتُ بِهَا عَلىَ نَفْسِي ، يَا عَظِيْمُ يُرْجَا لِكُلِّ عَظِيْمٍ ، يَا عَظِيمُ اغْفِرْ لِي الذَّنْبَ الْعَظِيْمَ ، سَجَدَ وَجْهِي لِلَّذِي خَلَقَهُ ، وَشَقَّ سَمْعَهُ وَبَصَرَهُ) . وَفي رِوَايَةٍ (فَتَبَارَكَ اللهُ أَحْسَنَ الْخَالِقِيْنَ) . ثُمَّ رَفَعَ رَأْسَهُ ، ثُمَّ عادَ سَاجِداً فَقالَ : (أَعُوْذُ بِرِضَاكَ مِنْ سُخْطِكَ ، وَأَعُوْذُ بِعَفْوِكَ مِنْ عِقَابِكَ ، وَأَعُوْذُ بِكَ مِنْكَ : أَنْتَ كَمَا أَثْنَيْتَ عَلىَ نَفْسِكَ ، أَقُوْلُ كَمَا قَالَ أَخِي دَاوُدَ : أُعَفِّرُ وَجْهِي في التُّرَابِ لِسَيِّدِي ، وَحَقَّ لِسَيِّدِي أَنْ يُسْجَدَ لَهُ) . ثُمَّ رَفَعَ رَأْسَهُ فَقَالَ : (اللَّهُمَّ ارْزُقْنِي قَلْباً تَقِيّاً ، مِنَ الشِّرْكِ نَقِيّاً ، لاَ جَافِياً وَلاَ شَقِياً ) ثُمَّ انْصَرَفَ . رواه البيهقي في شعب الإيمان (383/3 - 385) .
Dari 'Aisyah ra. berkata;" Suatu ketika malam Nishfi Sya'ban menjadi malam giliranku dan Nabi ada disisiku, namun saat tengah malam aku kehilangan Beliau, lalu ku cari Beliau di kamar istri-istri Beliau, lalu aku kembali ke kamarku, tiba-tiba ku dapati Beliau layaknya baju yang berserak (tengah sujud) Beliau berkata dalam sujudnya;" Bersujud kepadaMu jiwa dan ragaku, iman padaMu hatiku, maka ini tanganku da kesalahan yang ku perbuat dengannya pada diriku. Duhaib Dzat yang Agung yang menjadi harapan bagi semua orang agung. Duhai Adzim…ampunilah dosaku yang agung. Bersujud dzatku pada Dzat yang menciptakannya dan membuka mata dan penglihatannya. Dalam riwayat lain;" Maka barokah Allah sebaik-baiknya pencipta". Hadits ini sebagaimana hadits-hadits lain juga dikuatkan dengan hadits lain milik Baihaqi. Kemudian Nabi mengangkat kepalanya, lalu kembali bersujud dan membaca;"Aku berlindung dengan ridloMu dari murkaMu, aku berlindung dari siksaMu dengan ampunanMu, aku berlindung kepadaMu dari DzatMu (sebagaima DiriMu memuji DzatMu) aku berucap seperti ucapan Dawud as. "Ku hamparkan wajahku ke tanah untuk Tuhanku, dan Tuhanku layak untuk untuk bersujud kepadaNya", lalu Nabi bangkit dan berdo'a;" Ya Allah, berilah aku hati yang taqwa, bersih dari syirik, bukan hati yang keras dan celaka", kemudian Nabi beranjak usai.

ULAMA SALAF DAN MALAM NISHFU SYA'BAN

Ibnu Rajab dalam kitab Latfaif al Ma'arif hal.263, berkata;" Para Tabi'in dari kota Syam memuliakan malam Nishfi Sya'ban seperti Kholid bin Ma'dan, Makhul, Lukman bin 'Amir, dan lain-lain. Beliau-beliau juga memperbanyak ibadah di malam itu. Dan dari beliau-beliaulah umat Islam mengerti tentang keutamaan dan keagungan malam Nishfu Sya'ban… Hal yang serupa juga diikuti oleh kelompok ahli ibadah kota Basrah dan masih banyak lagi yang lain". Ibnu Rajab melanjutkan penjelasan tentang nama-nama ulama yang berbeda dengan ulama di atas. Dan disebutkan bahwa ulama' syam atau Syiria terbagi menjadi dua kelompok;

1. Kelompok yang menilai baik menghidupkan malam Nishfu Sya'ban dengan berjama'ah. Ada diantara mereka yang mengenakan baju terbaik mereka, memakai parfum, beibadah di masjid. Kelompok ini didukung oleh Ishaq bin Rowwaih, "Hal ini bukanlah bid'ah" kata beliau. Sebagaimana yang dinukil dari Harb Al Kirmani dalam kitab Al Masa'il. Cukup bagi kita dengan pendapat dari Ibnu Rowwaih yang notabene merupakan guru imam Bukhori, seorang yang bertaqwa, dan pakar hadits Nabawiy.

2. Kelompok yang membolehkan menghidupkan malam Nishfu Sya'ban di rumah-rumah, tapi memakruhkannya di dalam masjid. Ini adalah pendapat imam Auza'i, imam penduduk Syiria, ahli fiqh mereka dan ulama agung (pendapat ini menjadi pilihan Ibnu Rajab).

Dalam salah satu dari dua riwayat yang bersumber dari imam Ahmad bin Hanbal bahwa beliau mensunahkan menghidupkan malam ini yang didasari oleh perbuatan Abdurrahman bin Aswad bin Yazid (termasuk Tabi'in) dan kelompok pentolan ahli fiqh Syiria. Cukup bagi kita keberadaan imam Ahmad dan para Tabi'in dalam fiqh, ilmu dan wira'inya.

Sehingga dengan semua ini dapat diputuskan bahwa ulama salaf sepakat atas pentingnya menghidupkan malam Nishfu Sya'ban. Beliau-beliau hanya berbeda dalam teknis pelaksanaannya saja. Dan itu merupakan perbedaan yang bersifat far'i dengan sumber yang dapat diterima. Dengan ini tertolaklah anggapan orang yang menilai malam ini sama halnya dengan malam-malam yang lain atau bahwa menghidupkan malam ini tidak berdasar. Dan bagaimana mungkin anggapan itu bisa terbukti benar? Sedangkan di dalamnya tadi disebutkan ijtihad ilmiyah yang tangkas dan saling melengkapi?

Lantas, bila hadits yang bersumber dari beliau-beliau para imam yang diakui ilmu dan taqwanya merupakakn hadits shahih yang kemudian menurut hadits tandingan dari Alim Kerdil masa kini, para intelektual ahli taqlid dan fanatic, pemburu popularitas dan harta duniawi, maka pada siapa kita mengikuti?

PENGGUNAAN HADITS DHO'IF

Kualitas sebuah hadits adalah satu faktor penting dalam kualifikasi kekuatan sebuah pendapat, bahkan imam syafi'i mempersilahkan pengikutnya untuk menolak pendapat beliau jika statemennya bertentangan dengan nash hadits yang shohih, namun memang hadits-hadits dho'if tetap bisa di gunakan jika di dukung oleh versi riwayat lain ataupun logika ilmiah yang kuat, ibn hajar dalam sebuah karyanya mengutip pernyataan imam nawawi mengenai konsensus ulama' yang memperbolehkan penggunaan hadits dho'if sebagai dalih mengenai ritual-ritual yang bersifat fadhoil al-a'mal yakni ritual yang di dalamnya tidak terdapat muatan hukum halal ataupun haram, sehingga legalitas ini juga berlaku tatkala kita meriwayatkan sebuah kisah, Dll.

Hadits dho'îf adalah hadits yang kosong (kurang) daripada syarat-syaratnya hadits hasan, bahkan ada kecacatan syarat dari persyaratan hadits hasan, jelasnya;
1. Sanadnya tidak bersambungan.
2. Periwayatnya ada yang tidak adil atau ahli bid'ah.
3. Periwayatnya ada yang tidak dhabit (pelupa).
4. Periwayatnya ada yang majhul (tak diketahui namanya atau sifatnya).
5. Matannya syad yaitu bertentangan dengan matan hadits yang lebih kuat atau ayat Al Qur'an atau dimustahilkan aqal atau bertentangan dengan kenyataan.

Hadits ini bisa digunakan ketika memenuhi enam syarat yaitu :
1. Digunakan dalam menerangkan keutamaan 'amal dan ancaman-ancaman.
2. Tidak terlalu dho'îf dan bukan merupakan hadits maudhû'.
3. Ada asal yang memperkuat seperti tercover dalam nash atau qō'idah yang bersifat umum.
4. Tidak meyakini adanya ketika mengamalkan, hanya sekedar hati-hati saja.
5. Tidak bertentangan dengan hadits shaĥîĥ.
6. Tidak meyakini sunah. (lihat kitab Majmû' Fatâwî wa Rasâil hal.247 – 249 )


FADHOILUL A'AMAL DENGAN DASAR HADITS DHO'IF

فتاوي الفقهية الكبرى جـــ 4 صـــــ 382
( سئل ) عن معنى قولهم يعمل بالحديث الضعيف في فضائل الأعمال هل معناه إثبات الحكم به , وإذا قلتم معناه ذلك فما الجواب عن قول ابن دقيق العيد في كلام على شروط العمل بالحديث , وأن لا يلزم عليه إثبات حكم ؟ ( فأجاب ) بأنه قد حكى النووي في عدة من تصانيفه إجماع أهل الحديث على العمل بالحديث الضعيف في الفضائل ونحوها خاصة وقال ابن عبد البر أحاديث الفضائل لا يحتاج فيها إلى من يحتج به وقال الحاكم سمعت أبا زكريا العنبري يقول الخبر إذا ورد لم يحرم حلالا ولم يحلل حراما ولم يوجب ; حكما وكان فيه ترغيب أو ترهيب أغمض عنه وتسوهل في روايته , ولفظ ابن مهدي فيما أخرجه البيهقي في المدخل إذا روينا عن النبي صلى الله عليه وسلم في الحلال والحرام والأحكام شددنا في الأسانيد وانتقدنا في الرجال , وإذا روينا في الفضائل والثواب والعقاب سهلنا في الأسانيد وتسامحنا في الرجال . ولفظ الإمام أحمد في رواية الميموني عنه : الأحاديث الرقائق يحتمل أن يتساهل فيها حتى يجيء شيء فيه حكم وقال في رواية عياش عن ابن إسحاق : رجل نكتب عنه هذه الأحاديث يعني المغازي ونحوها , وإذا جاء الحلال والحرام أردنا قوما هكذا وقبض أصابع يديه الأربع . وقد علم أن كلام ابن دقيق العيد موافق لكلام الأئمة وهو خارج بقولهم من فضائل الأعمال وعلم أيضا أن المراد الأعمال وعلم أيضا أن المراد بفضائل الأعمال الترغيب والترهيب وفي معناها القصص ونحوها .

LINK ASAL

https://www.facebook.com/notes/kudung-khantil-harsandi-muhammad/dalil-dan-keutamaan-nishfu-syaban/836763446334027


Related Posts:

1175 : KRONOLOGI BACAAN '' SAMIA ALLOHU LI MAN CHAMIDAHU " SAAT BERDIRI DARI RUKU' MENUJU I'TIDAL

oleh :

KRONOLOGI BACAAN '' SAMIA ALLOHU LI MAN CHAMIDAHU " SAAT BERDIRI DARI RUKU' MENUJU I'TIDAL

Siapa yang tak kenal beliau Abu Bakar Ash-Shiddiq, khalifah pertama pengganti Rasululloh SAW.
Beliau dalam sholatnya tidak pernah tertinggal untuk berjamaah dengan Rasululloh SAW.
Suatu hari, diwaktu ashar tiba, beliau Abu Bakar menduga bahwa beliau sudah tidak menemukan sholat ashar bersama dengan Rasululloh SAW. Beliaupun sangat sedih dan berjelan dengan tergesa-gesa menuju ke Masjid dimana Rasululloh SAW mengimami sholat jamaah ashar disitu.

Setiba di masjid, beliau masuk, ternyata Rasululloh SAW masih dalam takbir hendak ruku'. Sontak beliau mengucapkan " ALCHAMDU LILLAHI ", lantas takbir dibelakang Rasululloh SAW.

Lalu turunlah malaikat Jibril AS. Dan posisi Rasululloh SAW masih dalam keadaan ruku'. Jibril AS berkata, " Wahai Muhammad,
سمع الله لمن حمده
Alloh mendengarkan orang yang telah memuji-Nya ". Maka, bacalah "
سمع الله لمن حمده

Kemudian, Rasululloh SAW pun membacanya disaat Beliau bangun dari ruku'. Maka jadilah bacaan tersebut menjadi sebuah kesunahan disaat berdiri dari ruku' dimulai saat itu. Yang mana sebelum ada kejadian, Rasululloh SAW tatkala bangun dari ruku, Beliau membaca takbir.

ATS TSIMAR AL YANIAH FII AR RIYADH AL BADIAH, halaman.37

والحكمة في مشروعية التسميع أن أبا بكر الصديق لم تفته صلاة خلف رسول الله قط فجاء يوما وقت صلاة العصر وظن أنها فاتته فاغتم لذلك وهرول ودخل المسجد فوجد رسول الله صلي الله عليه وسلم مكبرا للركوع فقال الحمد لله وكبر خلفه فنزل جبريل والنبي صلي الله عليه وسلم في الركوع فقال يا محمد سمع الله لمن حمده فقل سمع الله لمن حمده فقالها عند الرفع من الركوع ورفع به فصارت سنة من ذلك الوقت ببركة الصديق رضي الله عنه وكان قبل ذلك يرفع رسول الله صلي الله عليه وسلم بالتكبير

Related Posts: